LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN
KROMATOGRAFI
Nama : Imam Rohadi
NIM : 2007036058
Program Studi : Kimia
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai makanan dengan beragam jenis warna. Makanan yang memiliki warna menarik biasanya dalam pembuatannya ditambahkan bahan-bahan tertentu. Bahan-bahan ini bisa berupa bahan alami ataupun bahan buatan. Bahan buatan bisa saja berdampak negatif terhadap tubuh manusia. Sehingga kita perlu menguji apakah suatu makanan layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui komposisi penyusun warna suatu zat makanan, maka kita harus memisahkannya menjadi bagian yang lebih sederhana.
Dalam ilmu kimia, terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk memisahkan suatu campuran. Untuk campuran yang dipisahkan berdasarkan komponen warna penyusunnya bisa menggunakan kromatografi. Kromatografi adalah cara untuk memisahkan komponen dalam campuran berdasarkan pola gerakan yang berbeda antara fase diam dan fase geraknya. Kromatografi memiliki kelebihan yaitu prosesnya tidak memerlukan alat yang harganya mahal dan alat dengan ketelitian tinggi. Oleh sebab itu, cara ini banyak digunakan untuk melakukan pemisahan dan analisis suatu sampel dalam berbagai bidang.
Oleh karena itu dilakukan praktikum ini dengan menggunakan metode kromatografi. Percobaan ini memerlukan alat dan bahan berupa kertas whatman yang diberi berbagai jenis sampel noda dan tiga buah pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda-beda. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kromatografi secara lebih mendalam, baik cara melakukannya, prinsip kromatografi, jenis kromatografi, serta aplikasi dari kromatografi dalam kehidupan kita sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui cara melakukan kromatografi yang baik dan benar.
- Untuk mengetahui prinsip yang digunakan dalam kromatografi.
- Untuk mengetahui sifat kepolaran dari suatu zat berdasarkan pelarutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa cairan atau padatan. Fasa gerak berupa gas disebut kromatografi gas (Gas Chromatography). Kegunaan dari gas chromatography adalah untuk identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (Rizalina,2018).
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer) (Takeuchi, 2006).
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbs (Takeuchi, 2006).
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan (Takeuchi, 2006).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah pengembangan terkini dari kromatografi cair kolom klasik, dimana pada KCKT ini terdapat pengembangan teknologi pada kolom, detektor yang lebih sensitiv dan peka serta kemjuan teknologi pada pompa bertekanan tinggi yang menyebabkan KCKT menjadi suatu metode dengan sistem pemisahan zat yang cepat dan efisien (Aulia, 2016).
Dua jenis teknik kromatografi partisi :
i. Kromatograsi fase balik. Teknik ini menggunakan fase gerak yang bersifat polar dan fase diam besifat non polar atau kurang polar. Pada teknik ini sampel yang memilki tingkat kepolaran lebih tinggi akan terelusi lebih awal.
ii. Kromatografi fase normal. Teknik ini menggunakan fase gerak yang bersifat kurang polar atau non polar dan fase diam bersifat lebih polar. Pada teknik ini sampel yang memilki tingkat kepolaran lebih rendah akan terelusi lebih awal (Aulia, 2016).
Beberapa fase diam yang sering digunakan pada KCKT yaitu divinel benzena, polimer stiren, dan silika baik yang dimodifikasi maupun yang tidak. Modifikasi silika dilakukan dengan menambahkan reagen klorosin yang akan bereaksi dengaan gugus silanol. Gugus silanol (Si-OH) pada silika menyebabkan silika bersifat sedikit asam dan memiliki permukaan yang polar (Aulia,2016).
Pada sistem KCKT fase gerak merupakan salah satu faktor yang mempengaruh hasil pemisahan zat. Pemisahan pada KCKT dipengaruhi oleh susunan pelarut atau fase gerak yang mengelusi sampel. Pemilihan fase gerak dapat ditentukan melalui eksperimen trial and error hingga didapatkan kromatogram yang diinginkan. Pada kromatografi fase terbalik, fase gerak bersifat polar dan akan terlelui lebih dulu. Sedangkan pada fase normal fase gerak berisfat kurang polar dan akan terelusi lebih dulu (Aulia, 2016).
Analisis kuantitatif dengan gas chromatography menggunakan metode standar internal. Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan injeksi sampel dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel yang tidak sesuai atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography (Rizalina,2018).
Pada dasarnya kromatografi kolom adalah pemisahan komponen-komponen dalam sampel dengan cara mengalirkan sampel melewati suatu kolom. Sampel dalam hal ini dibawa oleh carrier atau fase gerak (mobile phase). Sedangkan kolom berisi suatu bahan yang disebut fase diam (stationary phase) yang berfungsi memisahkan komponen-komponen sampel. Prinsip pemisahan kromatografi adsorpsi adalah kompetisi antara zat terlarut (sampel) dan fase gerak dengan permukaan fase diam. Kekuatan adsorpsi terutama tergantung sifat gugus fungsionalnya, dimana gugus-gugus fungsional ini menentukan tingkat kepolaran. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh kekuatan ikatan antara solut dan adsorben dan kekuatan untuk memisahkan solut dari adsorben (Wati,2014).
Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip like dissolve likeyaitu suatu senyawa akan terlarut pada pelarut dengan sifat yang sama. Penggunaan jenis pelarut atau kekuatan ion pelarut dapat memberikan pengaruh terhadap rendemen senyawa yang dihasilkan (Kemit, 2017).
Untuk menghitung Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut. Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
π π =
(Oktaviantari,2019).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas ukur
- Chamber
- Gelas sampel
- Gelas beker
- Penggaris
- Pensil
- Tusuk gigi
3.1.2 Bahan
- Aquades
- Kunyit
- Pewarna makanan hijau
- Pewarna makanan biru
- Alkohol
- Aseton
- Kertas whatman
- Spidol biru
- Spidol merah
- Spidol hitam
3.2 Prodesur Kerja
3.2.1 Pelarut Aquades
- Disiapkan kertas whatman
- Kertas whatman diberi batas atas dan bawah dengan menggunakan pensil
- Setelah itu diberi noda pada kertas whatman
- Noda yang diberikan antara lain kunyit, pewarna makanan hijau, pewarna makanan biru, spidol hitam, spidol biru, dan spidol merah
- Dimasukan kertas whatman ke dalam chamber berisi aquades sebanyak 50 mL
- Kemudian chamber ditutup
- Ditunggu hingga noda melewati batas atas.
- Diambil kertas whatman, lalu diberi tanda noda dan pelarut.
3.2.2 Pelarut Alkohol
- Disiapkan kertas whatman
- Kertas whatman diberi batas atas dan bawah dengan menggunakan pensil
- Setelah itu diberi noda pada kertas whatman
- Noda yang diberikan antara lain kunyit, pewarna makanan hijau, pewarna makanan biru, spidol hitam, spidol biru, dan spidol merah
- Dimasukan kertas whatman ke dalam chamber berisi alkohol sebanyak 50 mL
- Kemudian chamber ditutup
- Ditunggu hingga noda melewati batas atas.
- Diambil kertas whatman, lalu diberi tanda noda dan pelarut.
3.2.3 Pelarut Aseton
- Disiapkan kertas whatman
- Kertas whatman diberi batas atas dan bawah dengan menggunakan pensil
- Setelah itu diberi noda pada kertas whatman
- Noda yang diberikan antara lain kunyit, pewarna makanan hijau, pewarna makanan biru, spidol hitam, spidol biru, dan spidol merah
- Dimasukan kertas whatman ke dalam chamber berisi aseton sebanyak 50 mL
- Kemudian chamber ditutup
- Ditunggu hingga noda melewati batas atas.
- Diambil kertas whatman, lalu diberi tanda noda dan pelarut.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Aquadest
No |
Nama Sampel |
Jarak Noda |
Jarak Pelarut |
Nilai Rf |
1. |
Ekstrak Kunyit |
4,6 |
5 |
0,92 |
2. |
Pewarna Makanan (Biru) |
0,2 |
5 |
0,04 |
3. |
Pewarna Makanan (Hijau) |
0,7 |
4,9 |
0,14 |
4. |
Spidol Biru |
1,2 |
5 |
0,24 |
5. |
Spidol Merah |
0,2 |
4,6 |
0,04 |
6. |
Spidol Hitam |
0,5 |
4,8 |
0,10 |
Alkohol
No |
Nama Sampel |
Jarak Noda |
Jarak Pelarut |
Nilai Rf |
1. |
Ekstrak Kunyit |
3,4 |
4,8 |
0,70 |
2. |
Pewarna Makanan (Biru) |
4,5 |
5 |
0,90 |
3. |
Pewarna Makanan (Hijau) |
4,5 |
5 |
0,90 |
4. |
Spidol Biru |
0,2 |
5 |
0,04 |
5. |
Spidol Merah |
3,8 |
4,9 |
0,77 |
6. |
Spidol Hitam |
4,0 |
5 |
0,80 |
Aseton
No |
Nama Sampel |
Jarak Noda |
Jarak Pelarut |
Nilai Rf |
1. |
Ekstrak Kunyit |
0,5 |
5 |
0,10 |
2. |
Pewarna Makanan (Biru) |
3,1 |
5 |
0,62 |
3. |
Pewarna Makanan (Hijau) |
0,3 |
4,9 |
0,06 |
4. |
Spidol Biru |
4,8 |
5 |
0,96 |
5. |
Spidol Merah |
5 |
5 |
1,00 |
6. |
Spidol Hitam |
5 |
5 |
1,00 |
4.2 Reaksi Kimia
4.2.1 Struktur Aquades
4.2.2 Struktur Etanol
4.2.3 Struktur Aseton
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pelarut Aquades
- Kunyit
Rf =
=
= 0,92
- Pewarna makanan biru
Rf =
=
= 0,04
- Pewarna makanan hijau
Rf =
=
= 0,14
- Spidol biru
Rf =
=
= 0,24
- Spidol merah
Rf =
=
= 0,04
- Spidol hitam
Rf =
=
= 0,10
4.3.2 Pelarut alkohol
- Kunyit
Rf =
=
= 0,70
- Pewarna makanan biru
Rf =
=
= 0,90
- Pewarna makanan hijau
Rf =
=
= 0,90
- Spidol biru
Rf =
=
= 0,04
- Spidol merah
Rf =
=
= 0,77
- Spidol hitam
Rf =
=
= 0,80
4.3.3 Pelarut Aseton
- Kunyit
Rf =
=
= 0,10
- Pewarna makanan biru
Rf =
=
= 0,62
- Pewarna makanan hijau
Rf =
=
= 0,06
- Spidol biru
Rf =
=
= 0,96
- Spidol merah
Rf =
=
= 1
- Spidol hitam
Rf =
=
= 1
4.4 Pembahasan
Mikhail Semyonovich Tsvet merupakan seorang ahli botani yang berasal dari Rusia pada tahun 1906. Ia adalah orang yang pertama kali menemukan kromatografi. Tsvet awalnya menemukan teknik kromatografi dalam penelitian yang dilakukannya untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain yang terdapat pada tanaman. Dalam penelitiannya, Tsvet menggunakan sebuah kolom gelas yang isinya serbuk kalsium karbonat untuk memisahkan pigmen tanaman. Kalsium karbonat memiliki fungsi sebagai penyerap (adsorben), kemudian kolom tersebut dikenal dengan istilah kolom adsorben. Selanjutnya kromatografi semakin berkembang dengan dilengkapi perangkat modern yang semakin canggih.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa cairan atau padatan. Prinsip yang digunakan dalam kromatografi yaitu like dissolves like, prinsip ini menyatakan bahwa suatu senyawa polar akan melarut dengan pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan melarut dengan pelarut nonpolar. Hal ini disebabkan karena suatu pelarut cenderung untuk melarutkan suatu senyawa yang memiliki kepolaran yang sama.
Eluen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu senyawa pelarut yang menjadi fase gerak dalam kromatografi. Sedangkan analit adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu senyawa terlarut dalam kromatografi. Apabila suatu analit memiliki sifat kepolaran yang sama dengan eluen, maka analit dan eluen akan bergerak bersama-sama menuju ke satu arah.
Senyawa polar adalah suatu senyawa yang memiliki kutub, baik kutub positif maupun kutub negatif. Kutub ini terbentuk dari adanya perbedaan keelektronegativan dari unsur-unsur penyusunnya. Sedangkan senyawa nonpolar adalah suatu senyawa yang tidak memiliki kutub karena terbentuk dari unsur-unsur yang mempunyai keelektronegativan yang besarnya sama.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa dalam pelarut aquades, kunyit memiliki nilai Rf sebesar 0,92. Nilai ini mendekati 1 yang berarti sifat kepolaran dari kunyit mirip dengan sifat kepolaran dari aquades. Sedangkan nilai Rf dari pewarna makanan biru, pewarna makanan hijau, spidol biru, spidol merah, dan spidol hitam berturut-turut sebesar 0,04; 0,14; 0,24; 0,04; 0,10. Nilai-nilai ini cenderung mendekati 0 yang berarti sifat kepolaran dari senyawa-senyawa ini berbeda dengan aquades.
Dalam pelarut alkohol, spidol biru memiliki nilai Rf sebesar 0,04. Nilai ini mendekati 0 yang berarti sifat kepolaran dari spidol biru berbeda dengan sifat kepolaran dari alkohol. Sedangkan nilai Rf dari kunyit, pewarna makanan biru, pewarna makanan hijau, spidol merah, dan spidol hitam berturut-turut sebesar 0,70; 0,90; 0,90; 0,77; 0,80. Nilai-nilai ini cenderung mendekati 1 yang berarti sifat kepolaran dari senyawa-senyawa ini mirip dengan alkohol.
Dalam pelarut aseton, kunyit dan pewarna makanan hijau memiliki nilai Rf sebesar 0,10 dan 0,06. Nilai ini mendekati 0 yang berarti sifat kepolaran dari kunyit dan pewarna makanan hijau berbeda dengan sifat kepolaran dari aseton. Sedangkan nilai Rf dari pewarna makanan biru, spidol biru, spidol merah, dan spidol hitam berturut-turut sebesar 0,62; 0,96; 1,00; 1,00. Nilai-nilai ini cenderung mendekati 1 yang berarti sifat kepolaran dari senyawa-senyawa ini mirip dengan aseton.
Sifat fisika dan kimia dari ketiga pelarut yang digunakan yaitu:
1. Aquades
Sifat fisik:
- Tidak berwarna
- Tidak berasa
- Tidak berbau
- Titik didih 100ΒΊC
- Titik beku 0°C pada tekanan 1 atm
Sifat kimia:
- Terdiri atas atom hydrogen dan oksigen
- Bersifat polar karena adanya perbedaan muatan
- Molekul air berbentuk seperti huruf V
- Sebagai pelarut polar yang baik
- Memiliki pH = 7
2. Alkohol
Sifat fisika:
- Tidak berwarna
- Memiliki bau yang khas
- Titik didih sebesar 78°C
- Larut dalam air
Sifat kimia:
- Bersifat semipolar
- Bereaksi dengan asam basa
- Bereaksi dengan halogen
- Bereaksi dengan asam karboksilat
3. Aseton
Sifat fisika:
- Tidak berwarna
- Mudah terbakar
- Titik didih sebesar 56,53°C
- Larut dalam air dengan perbandingan tertentu
Sifat kimia:
- Dapat menghasilkan alkohol sekunder
- Merupakan reduktor yang lemah
- Tidak dapat teroksidasi
Ada beberapa teknik dalam kromatografi yaitu:
1. Kromatografi kolom
kromatografi kolom adalah pemisahan komponen-komponen dalam sampel dengan cara mengalirkan sampel melewati suatu kolom. Sampel dalam hal ini dibawa oleh carrier atau fase gerak (mobile phase). Sedangkan kolom berisi suatu bahan yang disebut fase diam (stationary phase) yang berfungsi memisahkan komponen-komponen sampel.
2. Kromatografi planar (Kromatografi lapis tipis)
Kromatografi planar adalah kromatografi dimana fase diamnya berupa pelat tipis. Pada kromatografi lapis tipis ini komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah bidang datar.
Jenis-jenis dari kromatografi antara lain:
1. Kromatografi gas-cair yaitu fase geraknya berupa gas dan fase diam berupa cairan.
2. Kromatografi gas-padat yaitu fase geraknya berupa gas dan fase diam berupa padatan.
3. Kromatografi cair-cair yaitu fase geraknya berupa cairan dan fase diamnya juga berupa cairan.
4. Kromatografi cair-padat yaitu fase geraknya berupa cairan dan fase diamnya berupa padatan.
Dalam percobaan ini digunakan beberapa alat dan bahan yang mempunyai fungsinya masing-masing antara lain:
1. Gelas ukur, berfungsi untuk mengukur jumlah pelarut yang digunakan
2. Chamber, berfungsi sebagai wadah dari pelarut
3. Gelas sampel, berfungsi sebagai wadah dari sampel
4. Gelas beker, berfungsi untuk memindahkan pelarut
5. Penggaris, berfungsi untuk mengukur jarak noda dan jarak pelarut
6. Pensil, berfungsi untuk memberikan tanda batas pada kertas whatman
7. Tusuk gigi, berfungsi untuk meletakan sampel pada kertas whatman
8. Aquades, berfungsi sebagai pelarut 1
9. Kunyit, berfungsi sebagai sampel 1
10. Pewarna makanan hijau, berfungsi sebagai sampel 2
11. Pewarna makanan biru, berfungsi sebagai sampel 3
12. Alkohol, berfungsi sebagai pelarut 2
13. Aseton, berfungsi sebagai pelarut 3
14. Kertas whatman, berfungsi sebagai tempat bergeraknya noda dan pelarut
15. Spidol biru,berfungsi sebagai sampel 4
16. Spidol merah, berfungsi sebagai sampel 5
17. Spidol hitam, berfungsi sebagai sampel 6
Fungsi perlakuan dalam percobaan ini yaitu chamber ditutup dengan rapat bertujuan agar tidak ada udara lain yang masuk ke dalam chamber dan menghindari sifat pelarut yang mudah menguap. Perlakuan lain dalam percobaan ini yaitu digunakan ketiga pelarut yang mempunyai sifat yang berbeda dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat kepolaran sampel dalam berbagai pelarut.
Aplikasi dari kromatografi bisa kita jumpai pada analisis suatu sampel bahan alam yang baru ditemukan, analisis dari bahan obat-obatan dalam farmasi, analisis kandungan zat makanan, pemisahan zat-zat limbah warna dari industri tekstil, dan lain sebagainya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Cara untuk melakukan kromatografi yang benar yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan, lalu disiapkan kertas whatman dan diberi tanda batas pada bagian atas dan bawah dengan menggunakan pensil. Seletah itu letakkan noda sampel pada kertas whatman dengan bantuan tusuk gigi. Kemudian kertas whatman dimasukan ke dalam chamber yang berisi pelarut. Tunggu beberapa saat sampai pelarut melewati tanda batas atas. Keluarkan kertas whatman dari dalam chamber dan diukur jarak perpindahan noda dan pelarut menggunakan penggaris.
2. Prinsip yang digunakan dalam kromatografi yaitu like dissolves like, dimana prinsip ini menyatakan bahwa suatu senyawa polar akan melarut dengan pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan melarut dengan pelarut nonpolar. Hal ini disebabkan karena suatu pelarut cenderung untuk melarutkan suatu senyawa yang memiliki kepolaran yang sama.
3. Sifat kepolaran suatu zat bisa ditentukan dengan melalui kromatografi, dimana suatu zat yang memiliki nilai Rf yang semakin besar atau mendekati 1 pada suatu pelarut, maka zat tersebut memiliki sifat kepolaran yang sama dengan pelarutnya. Sedangkan jika suatu zat memiliki nilai Rf yang semakin kecil atau mendekati 0, maka sifat kepolaran zat tersebut berbeda dengan sifat kepolaran dari pelarutnya.
5.2 Saran
Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan dapat diganti dengan bahan lain yang memiliki sifat yang sama, misalnya aquades bisa diganti dengan jenis pelarut yang lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat kepolaran suatu zat terhadap berbagai jenis pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Savira Silma, Iyan Sopyan dan Muchtaridi. 2016. Penetapan Kadar Simvastatin Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT): Review. Farmaka volume 14 nomor 4.
Kemit, Nico, dkk. 2016. Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Maserasi Terhadap Kandungan Senyawa Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat (Persea Americana Mill). Itepa Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan vol. 5 no. 2 ISSN 2527-8010.
Oktaviantari, Destiana Eka, dkk. 2019. Identifikasi Hidrokuinon Dalam Sabun Pemutih Pembersih Wajah Pada Tiga Klinik Kecantikan di Bandar Lampung dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Analis Farmasi vol. 4 No. 2 Hal. 91 – 97.
Rizalina, Hartian, dkk. 2018. Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemistry Science 7 (3) (2018) e-ISSN 2502-6844.
Takeuchi, Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia diterjemahkan dari versi Bahasa Inggrisnya oleh Ismunandar. Tokyo: Iwanami Publishing Company.
Wati, Nur Fitria Nella. 2014. Peningkatan Kualitas Minyak Nilam Melalui Proses Adsorpsi Menggunakan Adsorben y-Alumina Dengan Sistem Flow. Indonesian Journal of Chemical Research-Indo.J.Chem.Res vol. 2 No. 1
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar